Falahy Mohamad
Falahy Mohamad
Pada derasnya arus budaya mancanegara di kalangan muda mudi Indonesia, Metaflora hadir sebagai titik temu gap antara budaya dan gaya hidup anak muda dengan memerhatikan material lokal dan pewarnaan alami. Metaflora merupakan brand fashion berbasis budaya yang didaptasi melalui proses iterasi dengan beberapa paradigma baru dan tetap mempertahankan esensi yang ada. Tujuannya agar karya-karya yang dihasilkan dapat mengikuti selera zaman masa kini dan berkelanjutan bagi khasanah warisan budaya indonesia.
Tambal 101
Setono Gang.2 Tengah, No.11, Pekalongan Timur, Pekalongan, Jawa Tengah
Metaflora
Perkembangan penggunaan teknologi dan lintas keilmuaan pada saat ini, sudah seharusnya melahirkan karya-karya desain baru dengan menggunakan teknik batik. Tambal 101 ini merupakan karya eksperimental dengan mencoba mengolah bentuk dasar grid yang ada pada motif batik tambal. Batik tambal sendiri merupakan batik khas pedalaman yang mempunyai makna filosofis, yaitu menambal sesuatu yang kurang atau rusak. Ide diambil dari bentuk dasar motif tambal yang kemudian direka ulang dengan alur bentuk yang berbeda. Pada proses eksperimen ini menggunakan logika matematika parametrik yaitu mendefinisikan sekelompok kuantitas (angka) sebagai fungsi dari satu atau lebih variabel independen yang disebut parameter. Parameter ini sebagai acuan batasan-batasan ukuran dalam mendesain: titik, garis dan lengkung yang membentuk bidang hingga volume ruang untuk memunculkan beberapa alternatif bentuk desain. Pada eksperimen ini merupakan multidisiplin ilmu (batik dan arsitektur) yaitu menggunakan perangkat lunak Grasshopper Rhino dengan bantuan 3d Sketchup. Hasil eksperimen dengan metode parametrik dapat menghasilkan ratusan atau ribuan motif tambal dengan waktu sekejap saja. Artinya, kecanggihan teknologi ini sangat membantu pada proses alternatif desain. Tambal 101 ini menggunakan format kain selendang ukuran 75cm x 200cm yang dibatik tulis diatas material lokal yaitu kombinasi serat protein alami dari ulat sutera dan daur ulang limbah kepompongnya yang tumbuk menjadi bubur yang kemudian dipintal menjadi benang. Sedangkan untuk pewarnaannya, menggunakan zat warna alami biru indigo strobilantes. Berdasarkan pada acuan ragam hias batik tradisional melalui proses kreatif, pengolahan data hubungan di masa sekarang dan iterasi alternatif bentuk eksperimental diharapkan sebagai wujud karya yang inovatif. Sehingga batik maupun wastra lainnya mendapatkan posisi yang menguntungkan dalam perkembangan budaya rupa mukhtahir di masa mendatang.